KAU YANG BUAT KU CINTA

by 20.03 0 comment
Dalam ketiadaan ku di hidup mu aku tetap bahagia, dan dalam diam ku aku masih setia mencinta


Kuberanikan diri untuk menulis surat ini, teruntuk kakak yang kepada mu aku jatuh hati…

Aku bukan orang yang mudah terlena pada romansa ala anak muda seusia. Hati ku tak mudah tertuju pada satu pintu karena sulit bagi ku untuk percaya kan kalbu ku. Jadi jika suatu ketika aku mulai melirik, aku pastikan aku tak hanya sekedar tertarik.

Susah bagi ku untuk menyadari, bahwa pada akhirnya kau membuat ku teralih dari dunia yang sudah nyaman aku geluti, dunia sepi. Pertemuan pertama menyisakan rasa kagum tiada tara. Ku baca profil mu, dan aku langsung memantapkan hati bahwa kau akan jadi panutan ku. Aku add facebook mu, aku baca petikan-petikan kata yang kau tulis di laman mu. Sungguh, saat itu kau benar-benar jadi penyemangat studi ku.

Suatu ketika, dengan rencana indah Nya kita dipertemukan dalam kegiatan yang tidak pernah kuduga. Tentu, kau tak mengenal ku kala itu. Namun, ketahuilah bahwa sorak-sorai bahagia menggemuruh di dalam dada. Alasan nya sederhana, aku bertemu, bertatap muka dan bercerita pada sang idola. Bertemu hampir setiap hari untuk kurun waktu yang (bagiku) cukup lama membuat ku mengenal mu jauh lebih banyak dari sebelum nya. Ketika dulu aku mengenal mu sebagai sosok yang cerdas, lambat laun aku menyadari bahwa kata cerdas tak bisa mewakili pribadi mu. Kau memiliki aura untuk menciptakan senyum dan tawa di bibir semua. Rendah hati dan selalu percaya diri. Selalu berusaha dan tak pernah lelah menyemangati. Dengan intensitas pertemuan itu dan semakin jauh aku mengenal pribadi mu, tanpa kusadari aku telah jatuh hati. Ya, aku telah jatuh hati…

Aku suka pada baik mu untuk sesama. Aku suka pada setiap tawa yang kau ciptakan pada setiap canda. Aku suka pada semangat mu yang tak berhenti menciptakan manfaat untuk semua. Dan aku suka pada pemikiran mu yang selalu berhasil membuat orang terpana. Aku suka, karena aku menyadari bahwa kau selalu meyakinkan orang bahwa mereka luar biasa…

Tapi aku cukup tau diri. Aku manusia serba biasa yang tak punya apa-apa untuk buat kau bangga. Dan lagi, aku wanita. Manusia yang hanya bisa melembutkan rasa dan menundukan diri menutupi gejolak yang tercipta. Tak ada secuil pun keberanian untuk menyampaikan rasa, karena aku tau aku bukan apa-apa. Lalu, dengan semua pertimbangan yang ada, aku putuskan untuk mencintaimu dalam diam dan menyambangi mu lewat untaian doa…

Untuk waktu yang lama, aku mengintai kabar mu lewat dunia maya. Aku pasang mata, dan pasang telinga. Meski tak bisa bertatap muka, tapi mendengar kabar mu aku sudah bahagia. Melihat kau tersenyum, tertawa, dan bersemangat dengan kawan-kawan mu adalah momen yang berharga. Meskipun, dalam semua hal-hal itu, aku tak ada. Namun dalam ketiadaan ku di hidup mu aku tetap bahagia, dan dalam diam ku aku masih setia mencinta…

Hidup terus berjalan, dan aku berjuang untuk menciptakan makna. Suatu hal besar yang mungkin bisa jadi alasan bagi ku untuk membuat mu bangga. Dengan penuh perjuangan, akhirnya aku mencapai titik tertinggi untuk menciptakan cerita bahagia. Kau menyadari itu, dan kau sampaikan bahagia dan bangga mu untuk ku. Sungguh, dalam periode aku mencinta, titik itu adalah puncak rasa. Sayang nya, layaknya kembang api yang dimainkan di awal tahun matahari, puncak rasa ku hanya bertahan pada masa selentingan jari. Kita hilang komunikasi meski bulan terus berganti. Sedih nya, aku masih setia mencinta mu dalam sepi. Hingga, suatu ketika aku dapat kabar bahwa kau tak lagi sendiri…

Aku tahu, jika aku tak berjodoh dengan mu, maka penantian ku adalah perjuangan semu. Mencinta dalam diam membawa konsekuensi untuk melepas tanpa pernah menggenggam. Bergelung dengan kisah cinta seorang diri memungkinkan ku untuk sedih dalam sepi. Dan… itu semua terjadi…

Aku sedih, meski aku selalu berdalih. Aku menangis sembunyi-sembunyi karena takut ada orang yang mencurigai. Karena sedari awal aku sudah memutuskan untuk mencintai mu seorang diri, maka pada saat sedih pun aku tetap seorang diri. Dan aku memang… patah hati…

Ketika bulan berganti, pada akhirnya aku memutuskan untuk berhenti meratapi. Aku harus sadar bahwa sedih adalah konsekuensi. Dan tidak baik bagi ku untuk selalu berharap pada segala yang sudah tak pasti. Lalu, aku berjuang untuk menghentikan rasa yang sudah lama mengakar dalam hati…

Butuh waktu cukup lama bagi ku untuk menulis rangkaian kata ini sebagai salam perpisahan untuk mu, kak. Hari ini, kuputuskan untuk ucapkan selamat tinggal pada mu. Aku harap sekarang kau bahagia dengan nya yang selalu kau damba. Dan aku menunggu kabar kalian mengucap janji setia.

Terima kasih karena sudah selalu menjadi penyemangat tiada henti. Dan terima kasih karena sudah menciptakan kisah indah di hidup ku yang monoton ini. Kini, ketika kulihat posting-an mu di dunia maya, aku dengan bahagia bisa tersenyum dan berbisik dalam hati “ini dia kakak yang pernah membuat ku jatuh hati dan menjadi alasan bagi ku untuk selalu memperbaiki diri..”
 

Selamat berbahagia, kau yang membuat ku jatuh cinta…  

*pict credit to google

skyavis.blogspot.com

Author

An ordinary person with abundance dreams, very keen on books, movies, and musics.

0 comment:

Posting Komentar