Sebab, selama ini sebagian dari kita langsung menuntut Tuhan dalam doa untuk membahagiakan kita, di saat kita lupa untuk mempertanyakan sudah sampai mana kualitas diri kita di mata-Nya hingga layak diberi kebahagiaan
-Crowdstroia-
Di dunia ini, sudah sewajarnya manusia memiliki ribuan asa
yang mereka ingini. Aku, kamu -kita- sudah pasti hidup dalam kobaran semangat untuk mengejar mimpi. Saat satu keinginan terpenuhi, akan ada keinginan lain yang tumbuh menjadi pengganti. Dalam hati pula berdoa pada Tuhan agar asa-asa itu tidak hanya berada di ujung mimpi. Namun, hidup tak selalu berjalan sesuai kehendak hati. Terkadang, kita dihadapkan pada realita bahwa hidup seringkali jauh dari impian yang kita bangun di setiap denyut nadi. Jika dunia berlaku demikian, sebagian dari kita -bahkan saya sendiri- dengan sadar ataupun tidak seringkali memaki. Marah dan kecewa pada-Nya -sang pemilik kehidupan- yang berlaku demikian keji. Pula menangis iri pada mereka yang mendapatkan karunia yang kita ingini tanpa perlu berlelah-lelah berjuang seorang diri. Apakah memang Tuhan tega berlaku tak adil meski kita sudah berusaha berjuang, berdoa dan memasrahkan diri?
Ketika manusia, terutama saya, memiliki sebuah keinginan, saya akan bekerja demi mewujudkan keinginan tersebut. Bukan hal yang mudah, karena perjuangan benar membutuhkan konsistensi kehendak hati dan pengorbanan yang tidak pernah murah dan mudah. Jika kita sedang berada dalam keadaan yang demikian, sudah pasti kita sudah berangan-angan. Bahwa pada saatnya kita akan berada di titik yang kita impikan, bahwa pada masanya impian kita berakhir menjadi kenyataan. Sembari bermimpi, dalam doa kita meminta Tuhan mengabulkan apa yang kita ingini. Salahkah? Tentu tidak! Tuhan mencintai hamba-Nya yang taat dan tak malu meminta, karena memang sudah menjadi kodrat seorang hamba untuk bersimpuh pada Sang Pencipta. Lalu mengapa, kadang Tuhan berlaku tega? Hey, berupaya hingga banjir peluh dan doa sudah tersemat di setiap guliran waktu, lalu apa lagi yang harus diperbaiki?
Dalam keadaan demikian, saya berpikir mengenai konsep kelayakan. Sebut saja, dalam dunia pendidikan, seorang guru akan memberikan nilai bagus pada murid yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Mengapa? Karena murid tersebut layak. Dalam situasi lelang, beberapa penawar berani memberikan harga tinggi pada barang yang dilelang. Mengapa? Karena barang tersebut layak tersemat dengan harga yang mereka sebutkan. Demikian pula dengan kehidupan. Mengapa Tuhan tidak jua mengabulkan apa yang kita inginkan? Bisa jadi karena kita masih belum layak untuk mendapatkan keinginan yang kita idam-idamkan.
Maka, mari kita berbenah. Berdoa itu ibadah, sementara berjuang tidak boleh setengah-setengah. Perbaikilah kualitas diri, hingga Tuhan bermurah hati mengabulkan keinginan yang terus terpatri dalam hati. Hamba harus benar-benar menghamba. Dahulu kala, seorang rakyat akan bersimpuh pada raja untuk mengabulkan keinginan mereka. Dalam kehidupan, kita akan memohon pada mereka-mereka yang duduk di bangku kekuasaan. Jika demikian, bukankah sudah selayaknya kita jauh lebih berupaya pada sang pemberi kehidupan?
Saya sendiri percaya bahwa Tuhan tidak setega itu mempermainkan kehidupan. Dunia itu panggung sandiwara, bukan berarti dunia tidak nyata, hanya saja dunia memang penuh drama. Ada kalanya kita bahagia dan bersuka cita, namun ada pula masanya hidup harus berurai air mata. Namun, jangan sampai kita terlena senda gurau dunia dan terkungkung dalam duka. Tuhan itu sesuai firasat hamba-Nya. Maka, banyak-banyaklah memperbaiki kualitas diri. Mari buktikan bahwa kita layak mengemban amanah yang kita sebut dalam setiap untaian doa pada Ilahi. Jika sudah dinyatakan layak, Tuhan tidak segan-segan mengabulkan apa-apa yang ada dalam benak.
Sebagai penutup, saya kutipkan lagi sebuah caption di instagram yang ditulis oleh seorang aktor Indonesia, Deva Mahenra:
"Wahai mimpi, aku takkan beranjak ke mana-mana meski terus kau kirimkan letih. Aku di sini sabar mengupayakanmu, sampai kau terima kelayakanku.."
hallo kak, I've read all your post in just a few hour. yes you're extra ordinary person.
BalasHapus