Smartphone, Sebuah Fenomena
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat bagi peradaban manusia. Teknologi memungkinkan manusia untuk melakukan segala sesuatu secara lebih mudah, lebih efektif, dan lebih efisien. Teknologi juga membawa manusia pada era modernitas, di mana segala sesuatu yang dahulunya mustahil dilakukan menjadi mungkin.
Salah satu invensi yang sangat fenomenal adalah
penciptaan telepon oleh Alexander Graham Bell, seorang peneliti asal Inggris,
pada tahun 1875. Berkolaborasi dengan rekannya, Thomas Watson, Bell berusaha
menciptakan alat komunikasi dengan transmisi gelombang listrik. Penelitiannya
dilakukan dengan menggunakan alat pengatur suara dan magnet untuk menghantarkan
bunyi yang dikirimkan. Akhirnya terciptalah sebuah pesawat penerima telepon dan
pemancar yang bentuknya berupa sebuah piringan hitam tipis yang dipasang di
depan electromagnet.
Penemuan ini
terus berkembang dari waktu ke waktu. Para peneliti dan ilmuwan berusaha
menginovasi penemuan Bell hingga menghasilkan inovasi yang luar biasa yaitu
penciptaan telepon pintar atau yang lebih dikenal dengan sebutan smartphone.
Sejalan dengan namanya yang memiliki elemen kata
pintar, ponsel jenis ini memang benar-benar “pintar”. Ponsel ini menyediakan
fitur-fitur eksklusif yang berada di atas dan di luar kemampuan ponsel sederhana
yang hanya dapat digunakan untuk membuat panggilan telepon dan mengirimkan
pesan elektronik. Fitur yang ditambahkan pada smartphone antara lain processor
canggih layaknya yang ada pada laptop atau komputer, fasilitas koneksi
wi-fi, kamera auto focus yang luar
biasa canggih, akses ratusan aplikasi, dan sebagainya. Dengan fasilitas yang
memanjakan tersebut, tidak heran jika masyarakat kian jatuh cinta pada produk
ini. Bahkan sebuah laman web berita nasional melansir bahwa di Indonesia smartphone sudah menjadi kebutuhan
primer, sebanding dengan kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan papan.
Pesatnya pertumbuhan smartphone menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan
akan informasi dan internet semakin mengukuhkan tingkat signifikansi smartphone. Bentuknya yang mini dan
ringan membuat masyarakat memiliki preferensi ke benda ini untuk berselancar
ria di dunia maya daripada menggunakan laptop. Selain itu, penetrasi perusahaan
smartphone juga ikut berkontribusi
untuk mengglobalkan ponsel ini. Terlebih lagi, kini smartphone tidak lagi hanya dimiliki golongan masyarakat
menengah-atas. Para produsen smartphone juga
mulai mengincar segmen menengah-bawah dengan meluncurkan produk berbandrol
harga murah.
Sebagaimana
semua hal di dunia ini, fenomena telepon pintar ini dapat dilihat pada dua sisi
yang berbeda. Pada satu sisi, kita akan memahami bahwa inovasi teknologi ini
memudahkan kehidupan manusia. Berdasarkan fungsi dasarnya, ponsel memudahkan
seseorang untuk saling berkomunikasi dengan orang lain tanpa terhalang oleh
dimensi ruang dan waktu. Ponsel mereduksi ribuan kilometre jarak yang
terbentang luas di dunia ini, menyampaikan pesan suara dan teks hanya dalam
hitungan sepersekian detik. Komunikasi menjadi lebih mudah dan efisien. Selain
itu, ponsel berfitur lengkap layaknya smartphone
juga memungkinkan transfer informasi dari seluruh penjuru dunia dalam waktu
riil. Dengan akses internet yang dimilikinya, smartphone juga memudahkan para pekerja dan pebisnis dalam
menjalankan kegiatan pekerjaan dan bisnis mereka.
Namun, disadari atau tidak perkembangan teknologi
ini membawa dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah
meningkatkan tingkat konsumerisme masyarakat. Bagaimana tidak? Sebagai
kebutuhan yang dianggap primer, masyarakat rela merogoh uang jutaan rupiah untuk
memeroleh smartphone. Hal ini
diperparah dengan terus adanya inovasi pada teknologi ini. Selalu ada gebrakan
baru dari para produsen smartphone
yang tentu saja membuat para penggila ponsel berusaha mendapatkan ponsel pintar
tercanggih tersebut. Maka, fenomena ini membawa masyarakat pada gaya hidup
boros. Telepon pintar bukan lagi barang tersier yang menjadi prioritas nomor
sekian. Item ini telah menjadi prioritas utama dalam skala kebutuhan.
Kepemilikan daya beli tidak akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk
menggenggam ponsel pintar ini.
Selain itu, masyarakat berusaha mengaktualisasikan
jati diri mereka dengan kecanggihan ponsel yang dimiliki. Memiliki ponsel
pintar yang canggih akan memberikan prestise tersendiri. Inilah yang dilakukan secara
kompetitif oleh semua golongan masyarakat, tidak hanya masyarakat golongan
menengah-atas tetapi juga menengah-bawah. Masyarakat golongan atas tidak akan
memiliki masalah karena mereka memiliki kemampuan finansial yang mumpuni. Lalu,
bagaimana dengan masyarakat menengah-bawah? Mereka juga merasa memiliki smartphone adalah sebuah keharusan.
Mereka menganggap kepemilikan smartphone akan
membuat mereka merasa sejajar dengan mereka yang terstratifikasi sebagai
masyarakat berada. Kamuflase ini memaksa mereka melakukan efisiensi anggaran
pada kebutuhan lain untuk dialokasikan lebih pada pemenuhan kebutuhan akan smartphone.
Seorang pakar komunikasi terkemuka, Muhammad
Budyatna Syamsul mengungkapkan bahwa pendekatan komunikasi yang paling ideal
adalah proses komunikasi yang bersifat transaksional, di mana komunikasi
dipandang sebagai proses yang sangat dinamis dan saling timbal balik.
Komunikasi transaksional sangat sulit untuk dilakukan tanpa melalui tatap muka.
Adapun penggunaan smartphone ataupun
ponsel lain untuk berkomunikasi tidak termasuk komunikasi transaksional
sehingga ada peluang terjadi kesalahan interpretasi pesan. Proses komunikasi akan
menjadi kurang efektif.
Beberapa hal yang telah disebutkan di atas tidak
sejajar dengan efek smartphone yang
satu ini. Dampak paling parah dari maraknya distribusi smartphone adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai esensi
kehidupan. Smartphone mengurangi
kontak sosial masyarakat. Kini masyarakat lebih suka berkomunikasi lewat pesan
teks, telepon, atau chatting via
jejaring sosial media yang difasilitasi 24 jam penuh oleh smartphone. Sering kita melihat, orang lebih suka menundukkan
kepala menggeser layar sentuh ponsel yang dimiliki dengan tangan di ruang
publik. Bahkan dalam sebuah perkumpulan sekalipun, tetap saja setiap orang
sibuk dengan ponsel pintar yang dimiliki. Mereka cenderung lebih suka berkutat
dengan ponsel pintar daripada berinisiatif untuk berinteraksi secara langsung
dengan orang lain.
Teringat sebuah quotes
yang berbunyi “Ï fear the day that
technology will surpass our human interaction. The world will have a generation
of idiots.” Terlepas dari kontroversi apakah benar Einstein yang
mengeluarkan quote tersebut atau
bukan, tetapi harus kita akui jika hari yang ditakutkan itu kini telah menjadi
sebuah kenyataan. Sekarang ini manusia menjadi lebih individualis. Padahal pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Kepemilikan
ponsel pintar mengakibatkan individu kurang melakukan komunikasi secara
langsung atau tatap muka (face to face)
dengan orang lain. Sosialisasi antar personal akhirnya berkurang intensitasnya.
Hal ini akan berpengaruh pada relasi personal kedua pihak, karena secanggih
apapun sebuah ponsel pintar tidak akan mampu menggantikan nilai-nilai
komunikasi langsung. Selanjutnya, kualitas dan kuantitas sosialisasi yang
rendah pada akhirnya akan membawa individu pada ketidaksadaran terhadap
lingkungan sosial. Ketidaksadaran ini akan membawa masyarakat pada
ketidakpedulian. Jika manusia sudah tidak peduli, maka akan sulit untuk
menciptakan sebuah lingkungan yang harmonis. Pada akhirnya masyarakat akan
melupakan kearifan lokal yang ada pada diri dan lingkungannya.
Smartphone
adalah
bentuk teknologi yang diciptakan sebagai sarana untuk membantu manusia
menjalankan kehidupan, terutama berkomunikasi dengan orang lain. Namun smartphone harus digunakan secara pintar
dan bijak. Jangan sampai eksistensi ponsel ini malah mempengaruhi eksistensi
manusia yang bersangkutan. Akan menjadi sebuah ironi ketika manusia terlalu
merasa terbiasa dengan smartphone hingga
“lupa” bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain secara langsung.
I miss
the day when apple and blackberry are just the name of fruit –Sky Avis
skyavis.blogspot.com
AuthorAn ordinary person with abundance dreams, very keen on books, movies, and musics.
0 comment:
Posting Komentar