Smartphone, Sebuah Fenomena

by 05.18 0 comment
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat bagi peradaban manusia. Teknologi memungkinkan manusia untuk melakukan segala sesuatu secara lebih mudah, lebih efektif, dan lebih efisien. Teknologi juga membawa manusia pada era modernitas, di mana segala sesuatu yang dahulunya mustahil dilakukan menjadi mungkin.

Salah satu invensi yang sangat fenomenal adalah penciptaan telepon oleh Alexander Graham Bell, seorang peneliti asal Inggris, pada tahun 1875. Berkolaborasi dengan rekannya, Thomas Watson, Bell berusaha menciptakan alat komunikasi dengan transmisi gelombang listrik. Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan alat pengatur suara dan magnet untuk menghantarkan bunyi yang dikirimkan. Akhirnya terciptalah sebuah pesawat penerima telepon dan pemancar yang bentuknya berupa sebuah piringan hitam tipis yang dipasang di depan electromagnet. 

Penemuan ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Para peneliti dan ilmuwan berusaha menginovasi penemuan Bell hingga menghasilkan inovasi yang luar biasa yaitu penciptaan telepon pintar atau yang lebih dikenal dengan sebutan smartphone. 

Sejalan dengan namanya yang memiliki elemen kata pintar, ponsel jenis ini memang benar-benar “pintar”. Ponsel ini menyediakan fitur-fitur eksklusif yang berada di atas dan di luar kemampuan ponsel sederhana yang hanya dapat digunakan untuk membuat panggilan telepon dan mengirimkan pesan elektronik. Fitur yang ditambahkan pada smartphone antara lain processor canggih layaknya yang ada pada laptop atau komputer, fasilitas koneksi wi-fi, kamera auto focus yang luar biasa canggih, akses ratusan aplikasi, dan sebagainya. Dengan fasilitas yang memanjakan tersebut, tidak heran jika masyarakat kian jatuh cinta pada produk ini. Bahkan sebuah laman web berita nasional melansir bahwa di Indonesia smartphone sudah menjadi kebutuhan primer, sebanding dengan kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan papan.

Pesatnya pertumbuhan smartphone menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan akan informasi dan internet semakin mengukuhkan tingkat signifikansi smartphone. Bentuknya yang mini dan ringan membuat masyarakat memiliki preferensi ke benda ini untuk berselancar ria di dunia maya daripada menggunakan laptop. Selain itu, penetrasi perusahaan smartphone juga ikut berkontribusi untuk mengglobalkan ponsel ini. Terlebih lagi, kini smartphone tidak lagi hanya dimiliki golongan masyarakat menengah-atas. Para produsen smartphone juga mulai mengincar segmen menengah-bawah dengan meluncurkan produk berbandrol harga murah. 

Sebagaimana semua hal di dunia ini, fenomena telepon pintar ini dapat dilihat pada dua sisi yang berbeda. Pada satu sisi, kita akan memahami bahwa inovasi teknologi ini memudahkan kehidupan manusia. Berdasarkan fungsi dasarnya, ponsel memudahkan seseorang untuk saling berkomunikasi dengan orang lain tanpa terhalang oleh dimensi ruang dan waktu. Ponsel mereduksi ribuan kilometre jarak yang terbentang luas di dunia ini, menyampaikan pesan suara dan teks hanya dalam hitungan sepersekian detik. Komunikasi menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu, ponsel berfitur lengkap layaknya smartphone juga memungkinkan transfer informasi dari seluruh penjuru dunia dalam waktu riil. Dengan akses internet yang dimilikinya, smartphone juga memudahkan para pekerja dan pebisnis dalam menjalankan kegiatan pekerjaan dan bisnis mereka.

Namun, disadari atau tidak perkembangan teknologi ini membawa dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah meningkatkan tingkat konsumerisme masyarakat. Bagaimana tidak? Sebagai kebutuhan yang dianggap primer, masyarakat rela merogoh uang jutaan rupiah untuk memeroleh smartphone. Hal ini diperparah dengan terus adanya inovasi pada teknologi ini. Selalu ada gebrakan baru dari para produsen smartphone yang tentu saja membuat para penggila ponsel berusaha mendapatkan ponsel pintar tercanggih tersebut. Maka, fenomena ini membawa masyarakat pada gaya hidup boros. Telepon pintar bukan lagi barang tersier yang menjadi prioritas nomor sekian. Item ini telah menjadi prioritas utama dalam skala kebutuhan. Kepemilikan daya beli tidak akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggenggam ponsel pintar ini. 

Selain itu, masyarakat berusaha mengaktualisasikan jati diri mereka dengan kecanggihan ponsel yang dimiliki. Memiliki ponsel pintar yang canggih akan memberikan prestise tersendiri. Inilah yang dilakukan secara kompetitif oleh semua golongan masyarakat, tidak hanya masyarakat golongan menengah-atas tetapi juga menengah-bawah. Masyarakat golongan atas tidak akan memiliki masalah karena mereka memiliki kemampuan finansial yang mumpuni. Lalu, bagaimana dengan masyarakat menengah-bawah? Mereka juga merasa memiliki smartphone adalah sebuah keharusan. Mereka menganggap kepemilikan smartphone akan membuat mereka merasa sejajar dengan mereka yang terstratifikasi sebagai masyarakat berada. Kamuflase ini memaksa mereka melakukan efisiensi anggaran pada kebutuhan lain untuk dialokasikan lebih pada pemenuhan kebutuhan akan smartphone.

Seorang pakar komunikasi terkemuka, Muhammad Budyatna Syamsul mengungkapkan bahwa pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah proses komunikasi yang bersifat transaksional, di mana komunikasi dipandang sebagai proses yang sangat dinamis dan saling timbal balik. Komunikasi transaksional sangat sulit untuk dilakukan tanpa melalui tatap muka. Adapun penggunaan smartphone ataupun ponsel lain untuk berkomunikasi tidak termasuk komunikasi transaksional sehingga ada peluang terjadi kesalahan interpretasi pesan. Proses komunikasi akan menjadi kurang efektif.

Beberapa hal yang telah disebutkan di atas tidak sejajar dengan efek smartphone yang satu ini. Dampak paling parah dari maraknya distribusi smartphone adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai esensi kehidupan. Smartphone mengurangi kontak sosial masyarakat. Kini masyarakat lebih suka berkomunikasi lewat pesan teks, telepon, atau chatting via jejaring sosial media yang difasilitasi 24 jam penuh oleh smartphone. Sering kita melihat, orang lebih suka menundukkan kepala menggeser layar sentuh ponsel yang dimiliki dengan tangan di ruang publik. Bahkan dalam sebuah perkumpulan sekalipun, tetap saja setiap orang sibuk dengan ponsel pintar yang dimiliki. Mereka cenderung lebih suka berkutat dengan ponsel pintar daripada berinisiatif untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

Teringat sebuah quotes yang berbunyi “Ï fear the day that technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots.” Terlepas dari kontroversi apakah benar Einstein yang mengeluarkan quote tersebut atau bukan, tetapi harus kita akui jika hari yang ditakutkan itu kini telah menjadi sebuah kenyataan. Sekarang ini manusia menjadi lebih individualis. Padahal pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Kepemilikan ponsel pintar mengakibatkan individu kurang melakukan komunikasi secara langsung atau tatap muka (face to face) dengan orang lain. Sosialisasi antar personal akhirnya berkurang intensitasnya. Hal ini akan berpengaruh pada relasi personal kedua pihak, karena secanggih apapun sebuah ponsel pintar tidak akan mampu menggantikan nilai-nilai komunikasi langsung. Selanjutnya, kualitas dan kuantitas sosialisasi yang rendah pada akhirnya akan membawa individu pada ketidaksadaran terhadap lingkungan sosial. Ketidaksadaran ini akan membawa masyarakat pada ketidakpedulian. Jika manusia sudah tidak peduli, maka akan sulit untuk menciptakan sebuah lingkungan yang harmonis. Pada akhirnya masyarakat akan melupakan kearifan lokal yang ada pada diri dan lingkungannya. 

Smartphone adalah bentuk teknologi yang diciptakan sebagai sarana untuk membantu manusia menjalankan kehidupan, terutama berkomunikasi dengan orang lain. Namun smartphone harus digunakan secara pintar dan bijak. Jangan sampai eksistensi ponsel ini malah mempengaruhi eksistensi manusia yang bersangkutan. Akan menjadi sebuah ironi ketika manusia terlalu merasa terbiasa dengan smartphone hingga “lupa” bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain secara langsung.

I miss the day when apple and blackberry are just the name of fruit –Sky Avis

skyavis.blogspot.com

Author

An ordinary person with abundance dreams, very keen on books, movies, and musics.

0 comment:

Posting Komentar