NEVER ENDING STORY: SEBUAH CATATAN PERJALANAN KE NEGERI JIRAN

by 11.18 0 comment
Memang benar bahwa buku adalah jendela dunia, lewatnya kita belajar tentang berbagai hal di setiap belahan dunia. Setiap kata yang terbaca mengiaskan miliaran imajinasi tanpa batas. Dunia serasa dekat, meskipun sejatinya kita dan dunia itu terpisah oleh jarak. Lalu, cukupkah dengan hanya melihat lewat buku? Tidakkah ingin melihat dunia yang ‘sebenarnya’? Mengalaminya sendiri dan merasakan pengalaman tak terduga yang bahkan tak bisa diwakilkan dengan kata-kata? Dan inilah ceritaku dan sembilan kawanku, yang berhasil menginjakkan kaki di negeri seberang tanpa kaca mata buku.

Well, kami hanyalah pemuda biasa dengan jutaan mimpi yang coba kami wujudkan untuk jadi realita. Pemuda dengan keterbatasan yang kadang menyulitkan kami untuk mewujudkan mimpi. Meskipun demikian, kami tetap percaya bahwa probabilitas pasti ada, bahwa suatu saat mimpi-mimpi kami tidak hanya jadi asa belaka namun berubah menjadi realita. Kami juga menyadari bahwa gagal dan kecewa seringkali menyapa, namun keyakinan selalu menghempaskan aral yang ada. Kuncinya: berusaha, berdoa, dan bersabar. Berusaha, sebagai wujud perjuangan untuk mewujudkan mimpi jadi realita. Berdoa, karena tanpa ridlo-Nya semua akan sia-sia. Bersabar, karena mungkin butuh waktu yang tak hanya berhenti pada hitungan hari, minggu, bulan, dan tahun. Namun pada akhirnya, memang benar bahwa setiap peluh yang dikeluarkan, doa yang dipanjatkan, dan lapang hati untuk bersabar mengantarkan kami pada realita yang sebelumnya selalu kami amin-aminkan: menginjakkan kaki di negara lain, di Negeri Jiran.
Sebuah kesempatan yang diberikan kampus tercinta untuk mengikuti sebuah agenda di Johor Bahru, Malaysia menjawab mimpi-mimpi kami. Kebahagiaan yang luar biasa menyapa kami ketika kesempatan itu datang. Bagaimana tidak? Ini mimpi kami, salah satu mimpi terbesar kami! Maka, tanpa pikir panjang kami mengambil peluang ini. Padahal, pada saat itu beberapa dari kami belum memiliki passport, yang notabene adalah syarat mutlak untuk ke luar negeri.

Maka dimulailah kesibukan kami mempersiapkan keberangkatan kami. Mulai mengurus passport, membeli tiket pesawat, merencanakan agenda di luar negeri, menukar uang (rupiah tak berlaku di sana kan?) hingga persiapan performance yang hendak ditampilkan di sana. Semua itu kami lakukan hanya dalam waktu dua minggu, di tengah kesibukan mengerjakan Ujian Akhir Semester dan kongres organisasi. Melelahkan memang, tapi apalah artinya lelah itu ketika kami sedang melakukan langkah terakhir menuju mimpi yang kami idam-idamkan.

Perjalanan kami dimulai pada tanggal 22 Januari 2016 dengan sebuah pesawat yang terbang dari Bandara International Adi Sucipto (Yogyakarta) menuju Bandara Internasional Senai (Johor Bahru). Penerbangan ini adalah yang pertama untuk sebagian dari kami (banyak sekali hal pertama dalam perjalanan ini!). Sesampainya di Johor Bahru, kami cukup terkejut mengenai dua hal, waktu dan bahasa. Di sana, waktu berjalan lebih cepat satu jam sehingga kami harus menyesuaikan petunjuk waktu di jam tangan kami. Lalu bahasa, penduduk Malaysia menggunakan bahasa Melayu yang sedikit susah untuk kami pahami sehingga pada akhirnya kami menggunakan Bahasa Inggris.

Kegiatan kami di Negeri Jiran dimulai di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Kami melaksanakan kegiatan di UTM selama 6 hari. Dalam agenda tersebut, kami belajar banyak hal dan bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang. Kami belajar mengenai kepemimpinan, debat, public speaking, NPL, keuangan, kewirausahaan, profesionalisme dunia kerja, dan isu-isu global. Dalam agenda ini kami juga mengikuti beberapa kompetisi. Di sana kami mengasah softskill Bahasa Inggris kami, karena semua agenda menggunakan Bahasa Inggris! Bukan hal yang mudah sebenarnya, mengingat kami terbiasa berceloteh dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Di samping bahasa, kami juga belajar budaya, dan ini merupakan hal yang paling menyenangkan. Sharing dengan peserta dari negara lain mengenai budaya dan bahasa membuka pandangan kami, memberikan kesadaran bahwa kami tinggal di bagian kecil dari dunia. Cukup menyenangkan belajar tarian dari Yaman dan belajar bahasa Arab. Pengalaman yang paling mengejutkan adalah saat teman satu kelompok saya yang berasal dari Malaysia dan Palestina ikut mempersembahkan Tarian Bali (Pendet dan Kecak) pada saat agenda ‘Shooting Star’ :D (Di sana kami dibagi dalam banyak kelompok, jadi kami tidak hanya berinteraksi dengan peserta dari Unnes)


(Kegiatan kami di UTM, Skudai, Johor Bahru)

Sedih adalah ungkapan rasa yang menggambarkan perasaan kami kala penutupan agenda di UTM. Tidak sedikit dari kami, para peserta, yang menitikkan air mata saat malam terakhir kami bersama. Hampir seminggu kami bersama, sehingga rasa persahabatan dan kekeluargaan memang sudah meraja. Apalagi dengan fakta multi nasional kami yang rasanya akan sulit untuk berkumpul kembali. Oleh karena itu, kami saling berbagi surat, kontak dan social media. Ya, komunikasi lewat media mungkin memang tidak lebih memuaskan ketimbang jika bercengkrama secara langsung, namun paling tidak kebersamaan kami tetap terjaga. Alhasil, di akhir acara kontak kami penuh dengan nama-nama baru yang seminggu lalu belum kami kenal :D

Namun, perjalanan kami (rombongan kampus konservasi) tak berakhir di Johor. Kami berencana jalan-jalan ke pusat negara Malaysia, mengunjungi Twin Tower yang terkenal itu! Berbekal google map dan tekad melancong, selepas acara di UTM kami berangkat ke Kuala Lumpur. Kami cukup amaze dengan tata kota dan transportasi umum di sana (semoga suatu saat nanti kita, para pemuda, bisa mewujudkan Indonesia yang lebih tertata). Sesampainya di Kuala Lumpur, kami merencanakan perjalanan wisata kami (dengan bantuan google tentunya!).

Hari pertama di Kuala Lumpur, kami mengunjungi empat destinasi wisata. Destinasi pertama adalah Istana Negara (King Palace Malaysia). Bangunan kokoh khas Negeri Jiran menyapa kami kala kami sampai di sana. Selanjutnya, kami bergerak menuju wisata yang bernama Batu Caves. Wisata ini khas India (loh?). Ya, penduduk Malaysia didominasi oleh orang Melayu, India, dan Tiongkok. Jadi, tidak mengherankan ketika menjumpai warga Malaysia menggunakan kain sari. Di Batu Caves, kami merasa berada di India. Ada patung, makanan, aksesoris dan banyak warga India. Setelah menikmati wisata di Batu Caves, kami menuju wisata Genting Skyway, sebuah wisata kereta gantung. Ini adalah pengalaman pertama kami. Sangat menyenangkan melihat pemandangan dari atas kereta gantung. Meskipun pada awalnya kami cukup takut untuk naik (tinggi banget loh!). Dan perjalanan kami hari itu ditutup dengan... Petronas Tower atau Twin Tower! Kami menghabiskan waktu lebih dari 3 jam di sana.

Hari kedua dan hari terakhir kami di Kuala Lumpur (esoknya kami pulang ke Indonesia) kami mengunjungi China Town, Pasar Seni, National Mosque, Muzium Textil, Muzium Muzik, KL Art Gallery, Merdeka Square, dan Masjid Jamek. Lelah berjalan seharian tak menyulutkan semangat kami untuk mengunjungi sebanyak mungkin destinasi wisata di Kuala Lumpur. Kami tak takut tersesat, karena kami tak berjalan seorang diri. Dan berpergian dengan sahabat memang obat ampuh lelah, karena mereka tak pernah lupa untuk menguatkan dan menyemangati :D


(Melancong di Kuala Lumpur)

Perjalanan yang tak terlupakan ini diakhiri dengan kepulangan kami ke tanah air tercinta pada 31 Januari 2016. Kepulangan kami ke Indonesia ini merupakan akhir dari perjalanan kami ke Negeri Jiran, namun kepulangan ini juga merupakan awal bagi mimpi-mimpi kami selanjutnya. Karena dalam benak kami, mimpi yang baru mulai dirilis (well, saya juga ingin ke Eropa!). Kami pun berjanji, bahwa cerita ini tak akan pernah usai, karena suatu saat nanti kami akan menulis cerita tentang perjalanan kami ke belahan dunia lain, karena ini adalah never ending story!

Nah, kawanku, kami telah memulai perjalanan pertama kami ke luar negeri. Sekarang giliran kamu, rilislah mimpimu berkunjung ke luar negeri. Persiapkanlah untuk mewujudkan mimpi itu (bahasa inggris dan tak ada salahnya membuat passport dulu). Dan dalam perjalanan mewujudkan mimpi itu, yakin dan percayalah bahwa suatu saat nanti kamu akan benar-benar menginjakkan kaki di negara impian itu. Meski mungkin akan lama sampai mimpi itu terwujud, teruslah berupaya dan percaya, karena bahkan seorang Presiden Amerika ke-26, Theodore Roosevelt pernah berucap ‘Believe You Can, and You’re Halfway There!’. Jadi kawanku, selamat bermimpi dan merealisasikan mimpi, dan jangan lupa untuk menuliskan ceritamu untuk merangkaikan never ending story ini..

See ya on the next journey written by me or YOU! 
Kami menanti tulisan kamu tentang perjalananmu ke luar negeri..

Cheers! 
Sepuluh pemuda pejuang mimpi
(Jaja, Eva, Jo, Muchlis, Imada, Adib, Ami, Okta, Musta, Fahmi)



Ditulis oleh: Jaja (KIMErs 2015)
Di Semarang, 1 Februari 2016, 19.10 WIB

skyavis.blogspot.com

Author

An ordinary person with abundance dreams, very keen on books, movies, and musics.

0 comment:

Posting Komentar